Waspadalah Dengan Narsisme

Seorang artis menyanyikan Rigoletto dengan buruk. Ketika orang-orang yang menyaksikannya mencemoohnya, dengan marah dia berkata kepada temannya, sesama artis, "Sungguh penonton yang bodoh! Mereka berani mencemooh Verdi!" Mereka tidak mencemooh sang pengarang lagu, tetapi mencemooh yang membawakan lagu ini. Mungkin mereka yang menganiaya kita tidak membenci Kristus tetapi membenci kita orang Kristen yang mengagumi diri kita sendiri tanpa alasan.
Kapasitas energi setiap manusia ada batasnya. Makin banyak dia menghabiskannya untuk satu aktivitas maka makin berkuranglah energinya untuk mengerjakan sesuatu yang lainnya. Adalah kesia-siaan menghabiskan energi untuk diri sendiri dan pengagungan diri sendiri sementara kita membutuhkan semua energi kita untuk mengerjakan hal-hal yang memiliki nilai-nilai kekekalan. Saya tahu bahwa khotbah hamba Tuhan zaman sekarang berbeda dengan dahulu. Seorang hamba Tuhan, sementara berkhotbah di hadapan jemaat tidak akan berani dengan jelas mengakui hal-hal bertentangan walaupun hal tersebut bertentangan dengan dirinya sendiri. Hamba Tuhan “dipaksa” untuk tetap (ingin) dihormati. Tetapi saya bebas oleh karena saya berada di dalam sel isolasi. Pemikiran-pemikiran dan perasaan-perasaan yang saling bertentangan menyelimuti pikiran saya seperti halnya Anda. Saya memberikan semua apa adanya kepada Anda.
Seluruh filosofi “mistis” Kristen adalah terdapat di dalam perumpamaan berikut ini. Suatu hari ada tiga ekor burung cantik di satu pohon yang sama. Seekor berada di atas dahan yang paling tinggi dan damai, dinobatkan dalam kemuliaan, tenggelam di dalam kebesarannya sendiri. Didahan bawahnya, burung yang kedua gelisah oleh karena buah yang dimakannya terasa pahit, sementara burng yang ke tiga menemukan bahwa buah yang dimakannya enak, tetapi rasa manisnya hanya sesaat dan bertahan sepanjang makanan in berada di atas lidahnya yang kecil. Di dalam kekecewaan mereka yang sama, kedua burung terakhir ini melompat dari satu dahan ke dahan lainnya makin lama makin tinggi hingga mereka sampai di kediaman burung yang penuh damai. Terbuai dalam kemuliaan burung ini, mereka menemukan bahwa tidak pernah ada tiga ekor burung tetapi hanya satu yang teragung.
Saya mau katakana kepada Anda bahwa ketika saya membawakan sebuah khotbah di suatu kesempatan perasan saya begitu bahagia, tetapi di lain kesempatan ketika membawakan khotbah yang lain saya merasa hina. Sementara saya menyusun tulisan yang pertama saya merasa baik, tetapi hanya merasakannya dalam waktu yang singkat. Di sisi lain, penghinaan adalah pahit. Dengan kegungan yang palsu dan perasaan hina yang sia-sia, saya menghampiri burung yang agung ini berharap berlindng di bawah kepak sayapnya. Di sini kedua perasaan (hina dan bahagia) hati hilang. Tidak ada yang lain daripada Yesus. Semuanya adalah ilusi, tidak berguna. “Tentang hal itu aku sudah tiga kali berseru kepada Tuhan, supaya utusan Iblis mundur dari padaku. Tetapi jawab Tuhan kepadaku: “Cukuplah kasih karunia-Ku bagimu, sebab justru dalam kelamanlah kuasa-Ku menjadi sempurna.” Sebab itu terlebih suka aku bermegah atas kelemahanku, supaya kuasa Kristus turun menaungi aku. Karena itu aku senang dan rela di dalam kelemahan, di dalam siksaan, di dalam kesukaran, di dalam penganiayaan dan kesesakan oleh karena Kristus. Sebab jika aku lemah, maka aku kuat.” 2 Korintus 12:8-10. Amin

(Reflection Richard Wrumbrand -Excerpted and edited from Christ on the Jewish Road, hal. 94-95)

KDP - Kasih Dalam Perbuatan (Juli-Agustus 2012)

Rev. Richard Wrumbrand (1909-2001), pendiri The Voice of The Martyrs

dipenjarakan selama 14 tahu di penjara Rumiania.